Assalamualaikum wr wb
24 Desember 2013
Fajar mulai menyingsing. Pukul 04.30 kami memasuki daerah Pagar Alam. Hawa sejuk mulai menyeruak, menusuk tulang. Jaket yang dari tadi malam hanya di pangkuan lekas kukenakan dengan benar. Mata masih 10 watt, efek lelah dan mengantuk, ditambah radang mata yang sejak Hari Jumat sudah menyerang. Buka mata, tutup, buka, tutup. Gelisah. Pasalnya aku menunggu track menanjak yang melingkari jurang. Aaaah tapi sepertinya miss. Akhirnya aku memutuskan untuk melihat pemandangan, menatap jauh ke luar jendela. Berkali tikungan tajam kami lewati, hanya pengemudi ulung yang dapat mengatasinya. Kalo aku yang mengendarai, entah gimana jadinya –“. Keadaan sunyi, gelap. Hanya ada lampu jalan dan cahaya dari bus kami yang menerangi jalan. Pandanganku sekarang beralih, fokus ke depan karena jalanan hanya dikelilingi oleh pohon-pohon dan rerimbunan tanaman. Tiba-tiba Kak Rian yang berada di kursi paling depan menunjuk ke arah jendela kanan. Segera aku menoleh. Ya Allah, Subhanallah .. Pemandangan kota dengan gemerlap lampu jalan kala fajar menjadi paduan yang sangat menawan. Masih terekam dengan jelas keindahan pemandangan tersebut. Sayang, aku tak sempat mengabadikan karena terhipnotis dengannya. Tak terasa bus berhenti, tanda kami sudah sampai di tujuan. Hasrat ingin ke kamar mandi sudah ada semenjak tadi. Buru-buru keluar dari bus dengan harapan dapat segera ke kamar mandi, beristirahat di villa , solat, dan mencharge HP. Perjalanan yang panjang ini sudah memakan daya baterai ponselku dengan dahsyat. Namun nihil. Kak Sandy, kakak tingkat di teknik sekaligus guide kami selama disini, belum tiba sedang kunci villa kami entah ada dimana. Setelah menurunkan barang dan diabsen, kami berjalan ke arah bawah, mencari kamar mandi serta solat. Sampailah kami di tanah lapang.
Dingiiin >,<
Disana, kami meletakkan barang bawaan kemudian bergegas mengambil wudhu dan solat di mushola yang terletak di bagian bawah lagi. Kembali kami harus berjalan menurun. Lelah? sangaat. Namun semua tak begitu terasa ketika melihat pemandangan sekitar 🙂
Selesai solat, kami kembali ke lokasi dimana meletakkan barang-barang. Tetiba Kak Rian menelpon, mengabarkan bahwa villa sudah siap. Semangat itu kembali tumbuh dengan cepaat , hosh saatnya istirahat !
Villa yang kami sewa berbentuk seperti rumah panggung. Satu rumah, satu kamar. Setiap dua villa saling berdampingan. Kami menyewa empat villa dengan nomor VIA, VIB, VIIA, dan VIIB. Keempat villa ini terbagi dua, dipisahkan oleh jalan semen setapak. Villaku, berisi 8 orang perempuan bersebelahan dengan miliknya Kak Rian dkk. Sedang dua villa lainnya terpisah dari kami, dihuni oleh Kak Zaidan dkk dan Aam dkk. Masing-masing villa memiliki satu kamar mandi, double bed, satu meja rias, satu rak rotan, serta balkon yang dilengkapi dengan satu jemuran dan dua kursi santai. Sumber air berasal dari tedmond yang membagi saluran pipa air keempat vila tersebut. Hal ini menyebabkan kami tak dapat menghidupkan kran air, mengisi bak penampungan dengan serentak. Harus bergantian. Selain itu, villa yang terbuat dari papan kayu ini membuat kamar tidak kedap suara. Kami bisa saling mendengarkan suara dari masing-masing kamar. Dan hal ini sangat mengganggu, dikarenakan kamar sebelah kami diisi oleh Kaum Adam yang satu species, rame dan berisik. Yaah, mungkin ini salah satu ujian kesabaran :’’
kamar Kak Rian dkk yang berdampingan dengan kamar kami
Sesampainya di villa, kami membereskan barang-barang, membersihkan kamar, membuka dan menikmati perbekalan, hingga saling suruh untuk mandi. Posisi villa yang berada di daerah gunung membuat airnya menjadi lebih dingin. Rasanya seperti es batu yang dicairkan -__- . Aku yang notabene tipikal ‘setrikaan’, tak bisa diam, kerjanya keluar masuk kamar demi melihat keadaan sekeliling. Kulihat Yoga, Masqi, Cahyo, serta Aam sudah berada di kebun teh. Kamera DSLR sudah berada di genggaman Masqi dengan amannya. Naluri kenarsisan pun muncul begitu saja. Aku langsung masuk kamar dan mengajak yang lain untuk ikut keluar, jalan-jalan. Namun tak semuanya mau ikut serta, hanya Uwu dan Nessa yang mengikutiku keluar. Kami bertujuh akhirnya bertualang menyusuri kebun teh, mencari posisi dan objek bagus untuk berfoto, menikmati udara segar yang jarang bisa kami dapatkan di Palembang.
Subhanallah, ciptaan Allah sungguh indah. Terhampar luas kebun teh, warna hijau yang menyejukkan mata, awan dan langit biru yang memayungi indah, ditambah lagi gunung dempo yang berdiri gagah. Sempurna .. Suasana seperti ini sudah lama aku rindukan. Alhamdulillah diberikan Allah kesempatan 😀
Jam 09.00 kami berkumpul di depan villa, sudah rapih dengan pakaian training, siap untuk menjelajahi daerah puncak dari Pagar Alam. Kami akan menuju puncak rimau, tempat titik awal pendakian Gunung Dempo. Dengan menyewa tiga buah angkot, kami berangkat kesana. Selama di perjalanan, mata kami dimanjakan dengan eloknya perkebunan teh di kanan kiri jalan. Belum lagi panorama kota Pagar Alam yang terlihat dari kejauhan menambah nyaman perjalanan. Memakan waktu sekitar setengah jam hingga akhirnya kami tiba di Puncak Rimau dengan sehat dan selamat. Pasukan berhamburan keluar, layaknya bocah-bocah playgroup yang menemui wahana hiburan. Kabut putih menyelimuti Puncak Rimau. Hawa dingin semakin terasa, namun hal ini tak menghalangi semangat kami untuk mendokumentasikan diri masing-masing. Semua sibuk berlarian kesana-kemari, mendekati siapa pun yang membawa kamera, memasang gaya, dan klik !
Puncak Rimau bukan dataran hijau yang rata, memiliki sudut alias miring. Jadi, jika kita berjalan disini seperti sedang take iklan Mi*one 😀 . Dari puncak ini kita dapat leluasa melihat penjuru kota. Hamparan kebun teh, rumah warga, jalan yang berliku, Subhanallah ..
Dari Puncak Rimau
Di tengah kehebohan berfoto ria, Kak Riza, PJ games refreshing memanggil kami, memberikan aba-aba untuk berkumpul. Game akan dimulaaai ! Kami diminta untuk berbaris, diurut berdasarkan dua abjad dari belakang, berhitung 1-4. Dari cara seperti itu, dikelompokkanlah orang-orang dengan angka yang sama menjadi satu kelompok.
Kak Riza sedang memandu pembagian kelompok
Masing-masing kelompok membuat yell yang nantinya harus ditampilkan. Setelah beberapa saat berdiskusi dan mengarang bebas dengan kreatif, it’s show time !! Urutan maju ditentukan dengan gambreng. Alhasil, kelompok Kak Riza yang pertama. Mereka membawakan tarian maga-maga khas FIM 14 . Curaang -__- Setelah itu adalah kelompok kami yang digawangi oleh para bujang macho dan gadis cindo, yaitu tio, aam, yoga,karin, kak zaidan, kak kur, kak ando, dan aku sendiri. Kami menyanyikan lagu kedinginan yang dibawakan dengan irama chaiya-chaiya. “Kami dari tadi kedinginan, kami dari tadi kedinginan” begitu seterusnya hingga habis lagu sambil memeragakan sikap orang yang kedinginan 😀 Penampilan selanjutnya dari kelompok 4, Kak Rian dkk. Setali tiga uang dengan kelompok pertama, copy cat ! :p mereka menggunakan yell-yell saat LDO BKKMTKI, yang liriknya seperti ini, “Kami Bingung, idak tau, kami bingung, bla bla bla …” Kacau parah . Masalahnya disana ada ex Bupma, ex Sekum, ex Wakabiro Kestari, ex Pejabat imatek semua hahah . Lalu kelompok terakhir, giliran kelompok Kak Agung PN. Ini kalo boleh dibilang, yell yang paling tidak jelas *peace love n gaul kak. Mereka berbaris, hadap kanan, hadap kiri, hadap belakang, kembali ke depan dengan masing-masing gerakan mengatakan “pret” dan diakhiri dengan mengangkat tangan sambil berteriak 3 ! krik-krik –“ *ini kakak-kakak siapa sih yaak -.- Setelah tiap kelompok mempersembahkan yell terbaiknya, game pun dimulaai ! Game ini berjudul “Panjang”. Salah satu game yang sering dimainkan jika ada LDOK, Leadership training, atau sejenisnya. Begini cara bermainnya.
Masing-masing tim harus menyambung barang, benda, atau apa pun yang dimiliki hingga memanjang jauh membentuk garis lurus. Tim yang paling panjang sambungannya dengan catatan tak ada celah antar sambungan, dialah pemenangnya.
Dengan keadaan tim dan barang yang seadanya, sebenarnya sudah hopeless. Ditambah lagi kelompok lain seperti Kak Ejak membawa tas yang isinya baju ganti serta barang-barang yang sangat-sangat bisa digunakan untuk game ini :’ Game pun dimulai. Satu per satu orang melepaskan jaket, meletakkan tas, Kak Zaidan dan Kak Kur pelan namun pasti mengeluarkan barang-barang dari dalam tasnya. 1 charger, 2 charger, tali tas dilepaskan, celana panjang dilepaskan, kamera diletakkan, hp, minyak kayu putih, dettol, semua disambung agar dapat menjadi yang paling panjang. Tidak tanggung, orang-orangnya pun ikut dalam barisan, meregangkan badan sejauh yang bisa dilakukan. Aku kebagian di posisi paling belakang dari timku, namun sebelumnya aku mengecek satu per satu sambungan, memastikan bahwa semua sudah benar. Setelah semua oke, aku segera merapat ke barisan, menambah panjang sambungan yang ada. Posisi sementara kelompok 4 terdepan. Mereka mentok, mencapai tanah di belakang. Urutan kedua, ketiga, dan keempat tak jauh beda. Penjurian pun dilaksanakan, satu per satu kelompok dinilai, sambungan pun diperhatikan. Namun ternyata, kelompok 4 yang sudah sepanjang mungkin harus lapang dada menerima kenyataan bahwa mereka gugur dikarenakan ada cacat di sambungannya. Begitu juga dengan kelompok yang lain. Hingga akhirnya kelompokku lah yang keluar menjadi juara. Yeah !
Wisata di Puncak Rimau ditutup dengan foto bersama di depan tulisan Rimau. First destination done!
inilah kita ! 🙂
Perjalanan kemudian dilanjutkan ke air terjun 7 kenangan. Kalau tadi jalannya menanjak, saatnya mobil berjalan dengan mulus berjalan turun. Air terjun 7 kenangan ini katanya termasuk salah satu air terjun yang patut diacungi jempol di Pagar Alam. Jalan untuk mencapai kesana adalah jalan tanah setapak menanjak, level medium bagi orang-orang kota yang jarang menyatu dengan alam, namun akan naik level menjadi hard jika basah karena diguyur hujan. Alhamdulillah saat kami kesana cuaca terang benderang sehingga tanah mudah dijejak.
Sebelum start tracking, kami berdoa terlebih dahulu. Kami dipesankan oleh Kak Sandy untuk menjaga mulut dan sikap. Yah, ini alam dan bukan daerah kami. Posisi menjelajah diatur, lelaki yang memulai, lelaki pula yang mengakhiri. Kami para perempuan ditempatkan di barisan tengah agar aman. Penjelahan pun dimulai . Dari awal jalanan sudah menanjak dengan tanaman kopi dan pohon-pohon di kanan kirinya. Jalannya tidak begitu besar, hanya bisa dilewati oleh dua orang saja. Namun sayangnya setengah jalan tersebut agak rusak. Terdapat bekas roda motor, sepertinya bekas orang off road sehingga kami hanya dapat menggunakan setengah jalannya saja. Setelah berhasil melewati jalan tanah, saatnya menjelajah batuan cadas yang berdiri kokoh di sungai. Lumut pada batu karena terendam air membuat beberapa bagiannya menjadi licin dan kami harus berhati-hati dalam menjejak. Jika tidak awas dan salah pijak, ya sudah tergelincirlah kita. Namun jika ingin aman, lebih baik menjejak langsung di air, toh airnya juga dangkal hanya sekitar 8-10 cm diatas mata kaki.
Jalan menuju air terjun
Petualangan akhirnya berakhir, kami tiba dengan selamat dan semangat di salah satu ciptaan Allah yang indah, ya alam sesungguhnya .. Deru air yang mengalir dengan deras membuat daya tarik tersendiri bagiku yang sangat menyukai berenang dan main air. Beberapa pasukan yang tiba duluan malah sudah berada di atas, dekat sekali dengan air terjunnya. Naluri kealamanku muncul, langsung saja melepas sandal,kaos kaki, serta jaket untuk segera menyusul ke atas. Tapi, wait ! Jalannya darimana ? -__- aku melihat sekeliling, yang ada hanya air, batuan megalith, serta tanaman kopi, dan pepohonan. Hanya satu jalan, berenang melalui kolam yang ada di depan mata, kupikir tadinya. Namun tiba-tiba temanku, Laras dan Mona menarik tanganku ke arah pepohonan. Aaah ada jalan ternyata 😀 Langsung saja kami memanjat ke atas, melewati jalan tanah (lagi) dengan tanaman yang lebat di sekelilingnya. Setelah itu, kami harus menapaki dan memanjat edisi kedua, memanjat batu besar yang mengelilingi kolam untuk segera merasakan kesejukan air terjun yang (katanya) berasal langsung dari Puncak Dempo. Perjuangan pun terbayar lunas saat berhasil menikmati percikan embun dari air terjun yang tepat berada di belakang kami 🙂
Air terjun 7 Kenangan ini memiliki 2 hal yang sangat menarik bagiku. Pertama, alamnya yang masih asli, bisa dilihat dari tracknya yang ‘anak alam’ banget, yaitu jalan tanah menanjak dengan alat bantu hanya ranting-ranting pohon yang ada di tiap sisinya. Kedua, di air terjun ini ada kolam dan perosotan yang terbentuk alami diantara bebatuan. Jadi, bagi wisatawan yang mengunjungi cughup (bahasa jeme pagar alam untuk menyebut air terjun) ini, bisa berenang dan meluncur sesuka hati tanpa perlu mengantri (itu pun jika tidak sedang ramai). Karena terbuat dari batu, rasa meluncurnya beda jika kalian meluncur di wahana permainan air perkotaan, sebut saja aman*i di palembang serta water*oom di mamakota. Natural, benar-benar natural 🙂
Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 3 kurang. Sudah hampir 2 jam kami disini. Saatnya pulang ke villa dan beristirahat. Rasa bahagia bermain air ini membuat kami (para perempuan) melupakan dan “masa bodoh” dengan pakaian ganti. FYI, kami pergi hari pertama tidak membawa pakaian ganti sehelai pun. Meninggalkan villa hanya dengan membawa handphone, dompet, dan mukena yang digabungkan dalam satu tas. Karena dalam rundown, jadwal basah-basahan hanya ada di hari kedua yang berarti besok. Namun, karena alam yang begitu indah dari Maha Pencipta, Allah swt, kami tak kuasa menahan diri untuk tidak bermain air dengan totalitas. Tidak afdhol rasanya ke air terjun ini lantas hanya bermain di bawah dan mencelupkan kaki saja #nooffense 🙂 Alhasil kami harus pulang ke villa dalam kondisi pakaian basah dan menahan dingin yang menyerang.
Wisata hari ini pun berakhir dengan pulangnya kami ke villa. Can’t wait for another amazing moments we’ll do together 🙂